CERITA CERITA DARI ALQURAN
Home | NABI ADAM | NABI NOH | NABI HUD | NABI SALEH | NABI IBRAHIM | NABI IBRAHIM DAN BAPANYA | PANCAROBA NABI IBRAHIM | NABI ISMAlL | NABI LUT | NABI YAAKUB | NABI YUSUF | NABI SYUIB | NABI MUSA | JENERAL TALUT | NABI DAUD | NABI SULAIMAN | NABI AYUB | NABI YUNUS | NABI ZAKARIA DAN YAHYA | KELUARGA IMRAN | NABI ISA AL-MASIHI | ISKANDAR ZULKARNAIN | PASUKAN BERGAJAH
JENERAL TALUT

PERANG KEMERDEKAAN

Tabut, sebuah barang berbentuk peti, adalah suatu pemberian Allah yang amat besar ertinya bagi bangsa Bani Israel, sejak dari zaman Musa a.s. sampai jauh sesudah meninggalkan Nabi Musa. Boleh di katakan sebuah barang keramat, dengan erti yang se benar benarnya. Baik ketika Bani Israel sedang menghadapi perang dahsyat, mahupun dalam keadaan yang genting, bila mereka melihat akan tabut itu mendadak mereka menjadi tenang dan tabah hatinya. sehingga dapat menentang musuh serta mengalahkannya. Begitu pula bila ada perselisihan hebat antara mereka, dengan memperlihatkan tabut itu saja kepada golongan golongan yang sedang berselisih tu, maka redalah perselisihannya dan segera mereka bersatu padu kembali. Tabut menambah semangat keberanian pada mereka dan menyebabkan rasa takut dan lemah pada musuh mereka. Karena berkat tabut itulah Bani Israel dalam berabad abad lamanya dapat hidup bersatu di negeri mereka sendiri, tidak dapat diusir oleh kekuatan yang manapun. Tetapi setelah Nabi Musa meninggal dunia, bangsa Israel lama kelamaan lupa akan ajaran Nabi Musa, lupa akan agama mereka dan agama itu mereka robah robah menurut kemahuan mereka sendiri.
Dalam keadaan yang demikian itu, akhirnya mereka dapat dikalahkan dan diusir dari kampung halaman mereka sendiri. oleh bangsa Palestin. Bangsa Palestin menjajah dan menguasai mereka dan bangsa Palestin akhirnya berhasil merebut tabut dari tangan mereka itu.
Nasib bangsa Israel semakin jelek dan melarat di bawah penjajahan sehingga mengalami pengusiran itu, terpisah dari anak dan isteri mereka. Demikian keadaan mereka dalam tempoh yang tidak pendek dan tidak juga di antara mereka yang sanggup tampil ke muka, untuk memimpin bangsanya yang telah bercerai-berai itu.
Akhirnya diutus Allah kepada mereka seorang Nabi, Samuel namanya. Dengan pimpinan Samuel ini, akhirnya beberapa orang di antara bangsa Israel dapat berkumpul. Dari kumpulan ini timbul hasrat bagi mereka, untuk berusaha mengusir bangsa Palestin yang telah mengusir mereka dari tanah airnya. Tetapi sayang, tidak seorang juga di antara mereka yang berani dan sanggup menjadi pemimpin, untuk mencapai cita cita nasional mereka itu. Timbullah hasrat di kalbunya masing masing untuk mempunyai seorang pemimpin, yang akan menyusun kekuatan mereka yang telah berpecah itu, serta menggalang kekuatan untuk mengusir musuh yang kuat dan kejam itu.
Samuel tahu benar akan letak kelemahan kaumnya yang demikian itu, kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya kemahuan untuk berjuang dan kelemahan kerana tidak adanya rasa patuh terhadap pemimpinnya.
Dengan tegas Samuel berkata kepada mereka: "Sebab kelemahan kamu, adalah kerana kamu sekalian tidak mahu berjuang menghadapi peperangan bila dipanggil untuk berperang!"
Mereka menjawab: Kami sanggup berjuang dan bertempur, kerana tidak tahan lagi hidup sengsara terpisah dengan anak keluarga dan tanahair sendiri, asal saja ada yang memimpin kami dalam perjuangan dan pertempuran itu.
Samuel mempersilakan mereka menunggu, kerana Samuel ingin menerima petunjuk dari Allah terlebih dahulu, tentang maksud ini. Lalu kepada Samuel diwahyukan oleh Allah, agar memilih Talut menjadi raja dan pemimpin perang mereka. Samuel sendiri rupanya belum kenal siapa Talut itu. Tetapi dengan tegas Allah mewahyukan kepada Samuel, agar jangan ragu ragu dalam menetapkan Talut sebagai pemimpin dan jeneral dalam perang yang diperintahkan itu.
Talut adalah anak desa dalam negeri itu, bahkan anak seorang yang melarat pula. Jangankan ia akan dikenal sebagai pemimpin. dalam pergaulan sehari hari saja jarang orang kenal kepadanya. Tetapi dia adalah seorang yang berbadan kuat dan sihat; tinggi dan gagah perawakannya, matanya tajam, fikirannya pun luas dan tajam pula. Dalam pada itu, dia mempunyai hati yang suci bersih, budi yang halus dan agung. Dia tinggal di desa kecil bersama bapanya. Pekerjaannya bertani dan berternak.
Pada suatu ketika dia sedang berada dalam kandang keldai bersama bapanya, ternyata bahawa se ekor keldai betinanya tidak ada dalam kandang, mungkin keldai itu tersesat ke lain kampung. Dengan diiringkan oleh seorang anak, pergilah dia mencari keldainya yang hilang itu di tengah tengah padang pasir yang luas, menyeberangi jurang dan mendaki gunung.
Berhari hari sudah keduanya berjalan mencari, sehingga sudah luka luka kakinya, penat seluruh badannya, tetapi keldai itu belum juga dijumpainya.
Dia lalu berkata kepada anak yang menjadi temannya: "Marilah kita pulang, mungkin bapa sudah khuatir terhadap kita yang sudah lama tidak juga pulang.
Anak itu menjawab: Sekarang kita ini sudah sampai di sebuah desa yang bernama Sofa, di mana tinggal seorang Nabi Allah, iaitu Samuel. Lebih baik kita bertemu dan berziarah lebih dahulu kepada Nabi yang mulia itu. Dan mari kita bertanya kepadanya, tentang keldai kita yang hilang itu. Mudah mudahan turun kepadanya Malaikat membawa wahyu, sehingga dapat memberi petunjuk kepada kita tentang maksud kita ini.
Mendengar perkataan ini, kembali timbul harapan dalam hati Talut. Keduanya lalu berjalan dan bertanyakan, di mana rumahnya Nabi Samuel itu. Tiba tiba keduanya bertemu dengan beberapa orang anak perempuan, yang sedang mencari air di padang pasir itu. Kepada anak perempuan ini ditanyakan di mana rumah Nabi Mulia Samuel dan minta agar ditunjukkan jalan ke rumahnya. Anak perempuan itu menerangkan, bahawa barang siapa yang ingin bertemu dengan Nabi Samuel, harus menunggunya di puncak bukit tempat berdirinya ini. Dalam percakapan demikian tiba tiba Samuel tiba di tempat itu. Sebentar kemudian tahulah Talut, bahawa itu adalah Nabi Samuel yang mulia, cukup tanda tanda kenabiannya dan begitu pulalah menurut keterangan dari kedua anak perempuan itu sendiri.
Talut memandang ke wajah Samuel dan di saat itu Samuel pun memandang ke wajah Talut, maka bertemulah pandang dengan pandang dan dalam pertemuan pandang itu, terikatlah antara kedua orang itu rasa yang sama-sama bersih, jiwa yang sama sama tertarik satu sama lain; sekalipun belum pernah berjumpa, tetapi tahulah Samuel, bahawa yang berada di hadapannya ketika itu adalah Talut, yang pernah diwahyukan Allah kepadanya, untuk dijadikan raja, pemimpin dan jeneral, bagi bangsa Israel yang memerlukan pemimpin itu.
Berkatalah Talut: "Saya datang menemui tuan, ya Nabi Allah, untuk minta keterangan dan petunjuk, tentang keldai bapaku yang hilang di tengah padang yang luas ini. Sudah beberapa hari kami berdua mencarinya, hampir kami berputusasa. Mudah mudahan tuan kiranya dapat menunjukkan kepada kami tentang keldai itu dengan ilmu tuan yang tinggi itu.
Samuel lalu menjawab: "Adapun keldai yang hilang itu sekarang sedang berjalan pulang menuju kandangnya. Janganlah engkau bersusah payah lagi mencarinya. Saya pun ingin bertemu denganmu, tentang sebuah urusan yang lebih penting dan lebih mulia. Bukan urusan keldai yang hilang, tetapi urusan kemerdekaan yang sudah lama lenyap, urusan rakyat kita yang sudah lupa kandang. Saya kemukakan, bahawa Allah telah memilihmu guna menjadi raja bagi bangsa Israel ini, untuk mempersatukannya, lalu menyusun kekuatan mereka untuk menghadapi musuh musuh yang sudah menjajah sekian lama dan mengusir mereka dari tanah airnya. Allah sudah menjanjikan pertolonganNya buat engkau, sehingga engkau akan mendapat kemenangan dalam pertempuran dengan penjajah itu.
Jawab Talut: Apakah saya akan jadi raja, pemimpin dan jeneral mereka? Saya ini adalah keturunan Binyamin, orang yang terhina dalam kalangan bangsa bangsa yang duabelas suku (asbat), paling miskin dan melarat, bagaimana saya dapat menjadi raja, memegang pimpinan atas bangsa yang besar itu?
"Ini adalah atas iradat dan wahyu Allah, kata Samuel. "Sudah menjadi perintah Allah dan hukumNya, hendaklah engkau bersyukur atas nikmat Allah itu dan membulatkan fikiran untuk memimpin perjuangan yang hebat ini.
Sesudah Samuel dan Talut berjabat tangan, keduanya lalu pergi menemui bangsa Israel. Nabi Samuel bersabda kepada mereka: "Hai Bani Israel, Allah telah mengutus Talut untuk menjadi raja bagimu sekalian, dia sekarang memegang pimpinan atasmu, maka hendaklah kamu tunduk dan taat terhadap pimpinannya ini dan bersiaplah kamu untuk menghadapi musuh musuhmu di bawah pimpinannya!"
Tetapi bangsa Israel itu kembali menyanggah, menurutkan sentimennya masing masing, jawabnya:
Kenapa dia yang dijadikan raja kami, sedang dia bukan bangsawan yang layak menjadi raja. Di sini ada orang yang lebih layak untuk dijadikan raja dan pemimpin, yakni anak Lawei keturunan segala Nabi dan Rasul, keturunan Yahuza yang selamanya memegang tampuk pimpinan dan turunan raja raja pula. Kenapa dia orangnya yang tidak kami kenal itu akan menjadi raja kami? Dia hanya seorang miskin dan melarat, bertangan kosong, serta tak mempunyai kekayaan untuk menjalankan pemerintahan. Sedang orang yang kami usulkan ini, mempunyai kebesaran dan hartawan, mempunyai pengaruh terhadap orang banyak.
Samuel menjawab: "Untuk menjadi panglima perang dan kepala negara, tidak memerlukan syarat kebangsawanan dan kehartawanan. Sekalipun orangnya bangsawan dan hartawan, tetapi kalau tidak mempunyai kebijaksanaan dan kemampuan, ianya tidak dapat dijadikan raja. Bahkan darah bangsawan itu banyak yang menyebabkan seorang penakut, harta benda yang banyak menjadi orang berotak tumpul. Adapun Talut ini, Allah telah melebihkannya dibanding dengan kamu sekalian, kerana ia memiliki kekuatan dan kesanggupan, serta sihat badannya, dalam pemikirannya, panjang akalnya, kuat jiwanya serta tabah hatinya, sehingga hanya dialah orangnya yang pantas memimpin dan memerintah atas kita sekalian, Selain dari itu, dia lebih mengetahui akan kebaikan bagi kita sekalian, ia dapat pula melihat ke muka, tentang soal soal yang sedang kita hadapi sekarang ini. Allah telah menetapkan dia sebagai raja kita. Allah menyerahkan kekuasaan, kepada siapa saja yang Ia kehendaki.
Mereka segera menjawab: "Kami tidak dapat dengan begitu saja menjalankan semua perintahnya dan menghentikan larangannya. Kami ingin bukti dan tanda daripadanya, sehingga kami dapat mengikutinya. Perlihatkanlah kepada kami tanda dan bukti itu!"
Jawab Samuel pula: "Allah telah mengetahui akan segala dalih dan helah kamu itu. Allah akan perlihatkan pula akan tanda dan bukti yang kamu kehendaki itu. Keluarlah kamu menuju ke kota sekarang, akan kamu lihat nanti di sana Tabut yang sudah lama hilang dari tanganmu itu, sehingga kamu menjadi hina dina lemah sejak hilangnya itu. Tabut itu akan kembali kepadamu, dengan dibawa oleh beberapa Malaikat. Itulah tanda dan bukti yang akan kamu lihat nanti.
Setelah mereka keluar menuju ke kota sebagai yang diperintahkan Nabi Samuel, mereka pun benar benar melihat Tabut itu, datanglah ketenangan dalam kalbu mereka yang selalu gentar dan takut selama ini, Kini mereka rela dan mengangkat Talut menjadi raja dan pemimpin mereka. Talut kini menjadi raja mereka. Dia duduki takhta kerajaan yang diserahkan kepadanya dengan segala pertanggunganjawab dan kebijaksanaan. Tampaklah keteguhan jiwa dan kebesaran semangatnya.
Talut mulai menyusun tentera yang teratur, dengan memenuhi syarat syarat ketenteraan yang lazim. Sebagai seorang Jeneral, Talut berpidato di hadapan mereka. menerangkan syarat syarat tentera yang dia kehendaki:
"Hai, rakyatku sekalian, dalam ketenteraan yang kususun ini, tidak boleh turut serta menjadi anggotanya orang orang yang masih ragu ragu dan tidak penuh semangatnya, orang orang yang masih di pengaruhi oleh urusan urusan di luar ketenteraan. Tidak boleh turut orang orang yang mendirikan sesuatu pendirian (rumah), tetapi dia belum selesaikan pendirian itu. Tidak boleh orang orang yang telah meminang seseorang perempuan, tetapi belum kahwin dengan perempuan itu, atau orang orang yang mempunyai perdagangan, sedang hatinya masih saja kepada dagangannya itu!
Sesudah syarat syarat yang dikemukakan Talut itu dipenuhi sebaik baiknya, maka terbentuklah suatu tentera yang berdisiplin, terdiri dari orang-orang yang benar benar kuat hati dan bernyala nyala semangatnya. Tetapi kemudian, ternyata kepadanya masih saja ada orang orang yang ragu ragu. Tampak pula kepadanya, masih ada orang orang yang sering berdebat dan bertengkar tentang kekuasaan kerajaan yang dipegangnya, semua ini perlu diperbaikinya dengan jalan mengadakan rasionalisasi.
Talut berkata kepada mereka: "Kita akan menyeberangi sebuah sungai, di bawah teriknya panas matahari, sesudah berlatih dan berjalan jauh. Orang orang yang benar benar menjadi tenteraku, tidak boleh meminum air sungai itu lebih dari seteguk, untuk membasahi tenggorokannya saja. Orang yang menjalankan aturan ini sajalah, yang kuanggap termasuk tenteraku dan hanya orang orang inilah yang dapat kukerahkan dan kupimpin. Adapun orang yang sengaja melanggarnya, bererti telah melanggar disiplin tentera, tidak akan dapat diharapkan daripadanya hasil apapun, dari pertempuran hebat yang sedang kita hadapi sekarang ini, malah turut sertanya orang orang itu hanya akan menyusahkan dan menimbulkan perpecahan saja.
Talut dengan pasukannya sekarang mulai berangkat ke medan perang, menghadapi musuh yang besar, melalui sebuah sungai, sebagai yang terdapat dalam peta bumi yang dibuat oleh Talut.Tepat di kala matahari di tengah ufuk tertinggi dari langit. di tentangan ubun ubun di kepala, di kala matahari memancarkan panasnya yang seterik teriknya, dalam padang pasir yang luas, pasukan yang dipimpin Talut itu bertemu dengan sebuah sungai yang berair jernih pula.
Semua pasukan diperintahkan menyeberangi sungai itu. Terbuktilah bahawa kepercayaan dalam batin dan jiwanya belum kukuh kuat. Mereka sama meminum air sungai itu sepuas puasnya. malah ada yang sengaja membawa air sungai itu untuk dijadikan bekal dalam perjalanan. Hanya sedikit saja yang patuh menurut perintah, iaitu terdiri dari orang orang yang beriman dan sabar, orang orang yang benar benar ikhlas berjuang dan taat terhadap pimpinan.
Terbuktilah kepada Talut, bahawa tenteranya yang kuat dan banyak itu, masih belum kuat disiplin, masih belum tunduk dan taat setaat taatnya terhadap pimpinannya. Mulalah Talut agak khuatir, bagaimana hasil pertempuran yang akan dihadapinya nanti, dengan tentera yang kebanyakan tidak tunduk kepada aturan itu. Talut merasa khuatir, tetapi kewajipannya tetap harus dijalankan, walaupun bagaimana juga akan hasilnya.
Tentera musuh yang kuat, telah dikerahkan untuk menanti kedatangan tentera Talut ini, dengan segala alat kelengkapannya. Tentera musuh ini dipimpin oleh seorang Jeneral yang sudah lama terkenal gagah beraninya, iaitu Jeneral Jalut.
Kedua tentera yang saling bermusuhan itu, mulai berhadapan satu sama lain. Pertempuran yang hebat segera berkobar dengan dahsyatnya, antara bangsa Palestin yang menjajah di bawah pimpinan kornandannya yang bernama Jalut, melawan tentera kemerdekaan bangsa Israel yang ingin memerdekakan tanah airnya, di bawah komandannya Talut.
Sungguh berat pertempuran yang dihadapi tentera Talut. Mereka bukan maju ke muka, malah kadang kadang terpaksa mundur ke belakang. Apalagi di tengah tengah api peperangan yang sedang bergejolak itu. tentera Talut terpecah menjadi dua golongan. Golongan pertama, orang orang yang beriman dan penuh semangatnya, golongan kedua, orang orang yang sudah mulai putusasa dan lemah semangatnya, iaitu golongan yang telah melanggar perintah komandannya. Mereka ini telah mengeluarkan ucapan:
"Kita tidak akan kuat melawan Jalut dan tenteranya.
Adapun golongan yang tetap dan penuh semangatnya, iaitu golongan yang patuh menjalankan semua perintah komandannya, tetap penuh kepercayaan dalam batin dan jiwanya. Perjuangan mereka semakin berkobar kobar dan bersemangat, sebab keyakinan mereka adalah:
"Berapa banyaknya kejadian, di mana golongan yang sedikit, dapat mengalahkan golongan yang terbesar, dengan keizinan dari Allah, sebab Allah selalu menolong orang orang yang sabar.
Dengan meneguhkan imannya, mereka terus menerus berjuang, sambil mendoa kepada Allah, agar Allah menetapkan ketabahan dan kesabaran mereka, agar Allah menolong dan memenangkan mereka juga akhirnya. Talut dengan segala kepandaian yang ada padanya, memimpin tentera yang tinggal sedikit itu, untuk mencapai kemenangan. Kemenangan, kemenangan sajalah yang menjadi fikirannya, lain tidak. Kemenangan yang harus dicapai dengan peperangan dan perlawanan hebat, bukan dengan menyerah kalah.
Kehebatan pertempuran dan beratnya beban yang dihadapi Talut dan tentera Bani Israel ketika itu, tersiar hampir ke seluruh bangsa Israel yang diam di belakang garis pertempuran. Kabar ini pun sampai ke telinga seorang desa yang sudah tua.
Orang tua ini mempunyai beberapa orang anak. Dipilihnya tiga orang di antara anaknya yang terbesar, supaya datang kepadanya. Anak yang ketiga yang terpilih itu sebenarnya masih di bawah umur, masih dalam dunia kanak kanak, Daud namanya (Nabi Daud) Dia masih dalam usia 9 tahun saja.
Orang tua itu berkata kepada anak anaknya: "Ambillah pedang dan bekalanmu, berangkatlah sekarang juga ke medan perang, menolong saudara saudaramu melawan musuh. Adapun engkau ini, hai Daud, juga harus turut ke medan perang, tetapi kewajipanmu hanyalah untuk membawakan makanan dan di mana perlu, engkau pulang ke rumah untuk membawa kabar kepadaku tentang jalannya pertempuran.
Ketiga anak yang bersaudara ini, setelah mengucapkan selamat kepada bapanya yang sudah tua itu lalu berangkat menuju ke medan perang, untuk menggabungkan diri dengan tentera Talut. guna menghancurkan tentera Jalut.
Setelah sekian lamanya berjalan, mereka sampai di medan pertempuran dan segera menghadap Talut, untuk mendapat perkenan menggabungkan diri dengan tentera Talut. Alangkah bangga dan gembiranya hati Talut melihat semangat yang berkobar kobar dalam dada ketiga anak muda ini, ia bangga terhadap semangat orang tani di desa yang telah menyerahkan ketiga orang anaknya itu ke medan perang menghadapi bahaya.
Pemuda yang dua orang itu segera mendapat izin untuk menyerbu, tetapi pemuda Daud tidak diperbolehkan, kerana dia masih di bawah umur, belum wajib baginya untuk maju ke depan, kepadanya hanya diperintahkan untuk membantu di garisan belakang saja.
Daud berubah betul semangatnya setiba dia di medan perang, melihat perang yang sedang berkobar dahsyat itu. Dia minta dengan sangat supaya diperbolehkan menyerbu.
"Kau masih anak anak dan masih kecil, ya Daud, kata Talut kepada Daud.
"Betul kata Daud menjawab, Tetapi janganlah terlalu melihat besar kecilnya badan seseorang. Saya sekalipun kecil, tetapi kekuatan badan saya sudah cukup untuk mengalahkan musuh, semangat dan jiwa saya cukup matang dan teguh menghadapi peperangan.
"Tuan belum tahu, kata Daud seterusnya: "Kelmarin se ekor singa pernah menangkap kambingku; singa itu kulompati, lantas terjadi pergelutan hebat antara saya dengan singa itu. Akhirnya saya dapat mematahkan leher singa itu. Pada suatu hari saya pernah pula bertemu dengan se ekor beruang besar yang hendak menerkam kepadaku. Beruang dapat kupegang mulutnya, lalu kupatahkan lehernya sampai mati. Kekuatan dan keberanian, tidak bergantung pada umur dan besarnya badan, tetapi terletak pada kemahuan dan semangat yang teguh, keimanan yang sedalam dalamnya, kata Daud seterusnya.
Melihat kepintaran dan susunan kata kata yang diucapkan oleh Daud itu, Talut hanya tertekun dan termenung. Dapat dirasakannya, bahawa memang ia seorang anak yang luar biasa, seorang yang sudah ditentukan oleh Tuhan menjadi seorang yang berani.
Kepadanya lalu diberikan izin untuk bertempur, lantas kepadanya diserahkan tombak dan lembing. Tetapi kerana panjangnya tombak itu, sedang badannya sendiri demikian pendeknya, dia tidak dapat membawa tombak itu. Tombak dan lembing itu ditinggalkannya saja. Dia hanya membawa seutus tali dan beberapa buah batu yang berat.
Kepadanya Talut lalu berkata: Di mana bisa engkau bertempur dengan tali dan batu itu, perang yang kita hadapi ini adalah perang tombak dan lembing.
Daud menjawab: Tuhan telah dapat memeliharaku dari bahaya singa dan beruang dengan tali dan batu, pun akan menolong dan memeliharaku dalam perang ini dengan tali dan batu ini pula.
Daud maju ke medan perang, menyusur di antara masing masing tentera yang sedang bermain pedang dan lembing itu. Satu satu musuh yang menghalangi gerak majunya, dapat dibunuhnya. Dia maju dan terus maju ke tempat pemimpin musuh, menuju kepada Jalut sendiri.
Dia berhasil mendekati kedudukan Jalut. Sebelum Jalut dapat memukulnya dengan pedang, Daud sudah lebih dahulu memukul Jalut dengan melemparkan batu sekuat kuatnya. Batu pertama tepat mengenai kepala Jalut, disusulnya dengan batu kedua, batu ketiga, keempat dan seterusnya, sehingga Jalut mati seketika itu juga.
Dengan matinya Jalut, tentera musuh menjadi kucar kacir dan bertaburan. Akhirnya dapat dikalahkan seluruhnya oleh bangsa Bani Israel yang dipimpin oleh Talut. Bangsa Israel kembali hidup merdeka di tanahair sendiri, bertemu dengan anak isterinya yang sudah lama mereka tinggalkan.



ANTARA TALUT DENGAN NABI DAUD

Kerana Daudlah tercapainya kemenangan yang gilang gemilang, yang mempunyai erti dalam sejarah besar itu bagi Bani Israel. Dengan kemenangan ini, nama Daud menjadi harum semerbak di seluruh lapisan rakyat dan masyarakat, menjadi sebutan dan buah bibir, ditambah pula dengan sifat dan budinya yang suci. Kecintaan segala orang melekat pada diri Daud, kecintaan dan penghormatan yang semakin hari semakin hebat, bukan hanya terhadap keberanian dan sifatnya, tetapi segala gerak gerinya menjadi tambatan hati manusia sekelilingnya.
Yang paling tertanam cinta hatinya terhadap Daud, adalah Raja Talut sendiri. Talut belum puas kalau hanya menghormati dan memuliakan Daud, kalau hanya menerima nasihat dan petunjuk dari anak muda itu. Lebih dari itu semua, ia ingin menjadikan Daud anak menantunya sendiri, kerana Talut kebetulan mempunyai beberapa anak perempuan yang masih gadis pula. Yang tercantik dari anak gadisnya itu, ialah Mikyal namanya. Daud lalu dikahwinkannya dengan anak gadisnya yang tercantik itu. Maka dengan perkahwinan ini, Daud menerima dua kemenangan, iaitu kemenangan dimedan perang dan kemenangan dalam perjuangan asmaranya pula.
Dengan terjadinya perikatan ini, terikat eratlah dua kekuatan raksasa yang susah dihancurkan oleh musuh. Negara yang dipimpin oleh Talut semakin maju dan makmur, sedang tentera yang dipimpin oleh Daud, semakin kuat dan maju pula. Dalam pada itu perhatian orang terhadap diri Daud semakin hebat dan memuncak juga, malah semakin bertambah, sejak dia menjadi menantu raja.
Beberapa waktu kemudian, pada suatu hari, Daud melihat perubahan pada diri Talut terhadap dirinya. Setiap kali dia berhadapan dengan Talut, dilihatnya muka Talut kusut dan masam saja. Kalau Talut berkata, kata katanya mulai memperlihatkan rasa yang tidak senang terhadap dirinya dan kalau Talut tersenyum, terasa ada kepahitan dalam senyumannya itu.
Daud sangat hairan melihat perubahan yang tiba tiba itu. Mulanya didiamkannya saja, dijadikannya barang simpanan dalam hati kecilnya, sambil dia melihat perkembangan selanjutnya. Tetapi ternyata kepadanya, bahawa perasaan Talut yang demikian itu, bukan perasaan yang hanya seketika, tetapi rupanya sudah menjadi isi hati yang tidak dapat dinyahkan lagi, malah perasaan benci dan dengkinya terhadap Daud semakin bertambah.
Daud merasa hairan, bukankah dia sendiri telah menyerahkan dirinya untuk mengabdi kepada rajanya dan bukankah dia sendiri dicintai dan sebagai menantunya pula? Apakah gerangan yang telah menyebabkan demikian rupa perubahan dalam hati Talut terhadap dirinya? Hal ini benar benar susah diteka dan dibayangkannya. Tetapi menjadi teka-teki yang paling ajaib, menjadi tanda tanya yang paling besar dalam kalbunva yang suci murni itu.
Keadaan semakin cerewet dalam pandangan Daud. Dia tidak tahan lagi untuk menyimpan teka-teki besar ini dalam dirinya. Dia ingin bertanyakan hal itu kepada isterinya, kalau kalau isterinya mengetahui akan duduknya perkara, sebab Daud percaya, bahawa isterinya tetap cinta dan kasih kepadanya, sebagai kecintaan dan kasih sayang dia terhadap isterinya itu.
Pada suatu hari, ketika Daud hanya berdua saja dengan isterinya di dalam sebuah kamar, Daud berkata kepada isterinya itu:
Ya Mikyal, isteriku yang tercinta. Saya tidak tahu, apakah saya ini tersalah dalam rabaan saya ataukah benar, apa betulkah apa yang saya rasakan ini, atau tidak betul, bahawa saya melihat perubahan besar perhatian bapa kita terhadap diriku seakan akan bapa kita menaruh perasaan yang tidak enak terhadap diriku ini. Bukan saja gerak geri dan kata katanya, tetapi juga pandangan matanya terhadapku selalu mengandung rasa benci dan curiga saja. Bagaimanakah pandanganmu terhadap hal yang kukemukakan ini?
Mikyal seorang wanita yang masih muda, sebagai anak yang tinggi pengetahuannya, baik budi dan dalam perasaannya, tentu tahu akan kewajipannya. Dia cinta kepada suaminya, tetapi perlu pula cinta dan hormat kepada orang tuanya sendiri. Bagaimanakah dayanya menghadapi dua hal yang saling berlawanan ini? Apakah akan bersembunyi sembunyi untuk menjaga kewajipannya terhadap bapa dan pula terhadap suaminya? Berat fikirannya sebelum menjawab pertanyaan suaminya itu. Tetapi ketulusan jiwa dan keikhlasan batinnya, memaksa dia untuk berterus terang apa yang dirasakan dan dilihatnya.
Mikyal lalu menjawab: Saya tidak akan sembunyikan apa yang kuketahui ya Daud, suamiku. Saya tidak akan tutup tutup kepadamu hal hal yang tidak engkau ketahui. Adapun bapaku, sejak bangsa Bani Israel mencintai dan menghormatimu dengan kecintaan yang sehebat itu, setelah melihat bahawa tiap tiap kata kata perintahmu ditaati oleh bangsa kita seluruhnya dan kedudukanmu makin tinggi dalam pemandangan mereka semua, bapaku irihati dan dengki. Takut kalau kalau kekuasaan yang ada ditangannya sekarang ini, berpindah ke tanganmu.
Sekalipun bapaku itu termasuk orang yang beriman kepada Allah dengan segala keikhlasan keimanan dan termasuk salah seorang yang berpengetahuan tinggi serta bijaksana, raja besar yang disegani oleh setiap raja; tetapi di hari yang akhir-akhir ini, saya juga melihat sebagai apa yang engkau lihat itu. Bapaku ingin mengenyahkan engkau, memperkecil akan pengaruhmu, bahkan kalau dapat akan membuangmu dari pergaulan hidup.
Sebab itu, saya ingin menasihatkan kepadamu, agar engkau sejak sekarang berjaga jaga dengan keselamatan dirimu sendiri. Menurut fikiranku, untuk menghindarkan bahaya yang mungkin tiba itu, adalah sebaik baiknya engkau menjauhkan diri dari sini.
Berkata pula Daud: Bukankah aku ini askar biasa, tidak ingin merebut kedudukan raja yang kutaati dan kupertahankan, apalagi aku ini adalah seorang Mukmin yang penuh iman. Sungguh Talut menurutkan pengaruh syaitan saja, menurutkan hawa nafsu atas kekuasaan dunia. Keputusan untuk berangkat sebagai dinasihatkan isterinya itu, belum diambil oleh Daud, dia masih tetap di situ sekalipun dengan keadaan seperti berdiri di atas bara yang bernyala nyala. Tiba tiba pada suatu hari Talut memanggil Daud datang menghadap kepadanya. Setelah Daud datang, Talut berkata:
Hari ini aku mendapat khabar yang sangat berbahaya. Bangsa Kanan dengan tenteranya yang besar dan kuat, telah mulai menyerang negeri kita, Tidak ada yang dapat mempertahankan keselamatan negeri kita ini, selain engkau sendiri. Ambillah pedang dan perisaimu, kumpulkanlah tentera tentera yang kamu pilih, pergilah berangkat sekarang juga menghalaukan musuh itu. Engkau tidak boleh kembali pulang, kalau tidak dengan membawa kemenangan.
Daud merasa, bahawa perintah ini sangat berbeza dengan perintah perintah yang biasa, Mungkin ini suatu cara untuk melenyapkan dia dari permukaan bumi ini. Tetapi sungguhpun begitu, kewajipannya sebagai tentera, hanya mentaati dan menjalankan perintah yang sudah dikeluarkan oleh jeneral dan rajanya sendiri.
Dengan tentera yang terbatas, Daud berangkat kemedan perang menghadapi musuh yang besar itu. Dengan pertolongan Allah, dia menang dalam peperangan itu, musuh dapat dikalahkannya dengan bertekuk lutut. Kemenangan yang sangat besar ertinya ini, bukan membulatkan penghargaan dari Talut terhadap Daud, tetapi menambah berkobarnya perasaan dengki dan bencinya.
Demikianlah kalau ingin berkuasa di dunia ini telah terpaku terhunjam dalam jiwa seseorang, perasaan suci dan keimanan dapat terdesak olehnya, bila kesucian dan keimanan itu tidak dipupuk dan diasuh, apabila kalau kekuasaan itu berada di tangan seorang yang kotor batinnya dan tidak ada keimanan sama sekali. Kerana nafsu yang di kobar kobarkan oleh hasutan syaitan ini, Talut menetapkan cara untuk mengenyahkan Daud, sekalipun dengan cara se kejam dan sejahat jahatnya. Dia sudah menetapkan akan membunuh Daud dengan pedangnya sendiri.
Kehendaknya ini sekalipun disembunyikan, tetapi dapat juga diraba oleh anaknya (Mikyal) yang jauh pemandangannya itu. Hal ini dengan segera disampaikannya kepada Daud. Sambil berlinangkan airmata ia berkata kepada Daud: Saya lebih sengsara rasanya, kalau engkau terbunuh mati dihadapanku sendiri. Sebab itu, sekalipun agak berat; saya minta agar engkau segera melarikan diri meninggalkan rumah dan aku untuk menjaga keselamatan dirimu dan pula diriku sendiri.
Setelah berfikir sejurus, akhirnya Daud pun tidak mempunyai jalan lain yang lebih baik dan aman, selain melarikan diri. Dia pergi dengan perasaan yang tidak dapat dibayangkan dengan pena dan kata kata. Pemergian ini menggemparkan bangsa Israel seluruhnya. Pemergian yang tidak dijangkakan oleh mereka terlebih dahulu. Di antara keluarga dan orang orang yang cinta kepada Daud, menyusul Daud dari belakang.
Mulanya sedikit saja orang yang mengikutinya, tetapi akhirnya semakin ramai juga. Kebencian terhadap Talut semakin meluap dikalbu rakyat banyak, yang insaf dan sedar.
Sekarang rakyatlah yang baik dan suci, raja dan pemimpinlah yang kotor dan jahat. Setelah banyak orang yang lari ke pihak Daud, semakin geramlah Talut kerananya, tetapi juga disusul oleh tenteranya sendiri. Hampir seluruh anggota tentera, sekarang berpihak kepada Daud yang berada dalam pelarian itu.
Kedudukan Talut semakin lemah dan goyang, Tidak ada lain jalan bagi Talut, selain dengan segera menyerang Daud yang semakin kuat itu, sebab kalau terlambat, maka kejatuhannya sudah tentu dan kemenangan Daud sudah pasti pula. Semua kekuatan yang ada padanya, dikerahkan untuk menyerang dan membunuh Daud. Rencananya ini diketahui oleh Daud. Daud bersiap dan tetap menjaga kesabaran dan keimanan dalam dadanya.
Dengan berbagai cara, Daud ikhtiar untuk menghindarkan pertempuran sesama bangsa. Dia berpesan agar Talut kembali kepada kebenaran, menjauhkan segala syak wasangka yang tak beralasan itu, tetapi semua ini sia sia belaka. Kalau Daud tidak bertahan dan melawan, mungkin kebenaran akan hancur, sedang nafsu serakah akan bermaharajalela. Dia terpaksa menggerakkan pertempuran, menghadapi lawannya yang tidak kenal damai itu.
Tentera Talut sekarang ini berhadapan dengan tentera Daud. Dari seorang utusan, Daud mengetahui di mana sekarang ini Talut berada. Seketika Talut dan tenteranya di dalam kepenatan dan lelah, berhenti dan tidur di sebuah tempat pertahanannya, dengan diam diam Daud berjalan mendekatinya. Dalam keadaan tertidur dan terlengah itu, Daud berhasil mengambil lembing perang yang berada di tentangan kepala Talut yang sedang tidur. Talut tidak dibunuhnya, tetapi lembing itu saja yang diambil dan dibawanya. Alangkah terperanjatnya Talut setelah dia terbangun dari tidurnya, bahawa lembingnya sudah tidak ada. Dia marah sekali terhadap tenteranya dan bertanyakan di mana lembingnya sendiri.
Dalam keadaan panik dan kacau itu, tiba tiba dihadapan Talut muncul seorang lelaki membawa lembingnya yang hilang itu dan berkata kepada Talut di hadapan semua kaum dan tenteranya: Inilah lembingmu yang hilang itu. Saya ini utusan Daud, datang ke mari mengembalikan lembing ini kepadamu dan lembing ini diambil oleh Daud ke mari tadi, ketika kamu tidur. Dia tidak bermaksud membunuhmu, hanya diambilnya saja lembing ini, dengan harapan dengan kembalinya lembing ini kepadamu, kembali pula keinsafan dan kesedaran atas salahnya tindakan yang kamu ambil.
Kata kata utusan Daud ini berpengaruh besar dalam jiwa Talut, airmatanya keluar. Nampak benar sesalnya atas tindakannya selama ini. Nampak pula sesal hatinya yang telah berbuat khianat kepada Daud, seorang suci yang berjasa dan menantunya pula. Talut menangis tersedu sedu, dia teringat telah banyak membunuh orang orang yang melarikan diri kepada Daud, membunuh ulama ulama dan pembesar pembesar bawahannya sendiri. Sedar dia akan besarnya dosa yang diperbuatnya, terbayang di matanya seksa apa pula yang akan diterimanya dari Allah di alam akhirat nanti. Pertempuran tidak terjadi. Talut bersama tenteranya kembali pulang membawa kemenangan yang berupakan sesal dan kesedaran. Di rumah, dia tanggalkan semua pakaian kerajaan dan kebesarannya. Dia bertafakur menghadapkan muka dan jiwa kepada Allah semata, minta ampun dan taubat dengan hati yang setulusnya. Begitulah kerjanya setiap hari, lain tidak. Akhirnya badannya menjadi lemah juga. Dengan mulut yang tidak kering keringnya, ia minta taubat dan mensucikan nama Tuhan, dia meninggal dunia, pulang ke rahmatullah!
Seluruh rakyat dengan spontan berkerumun di sekitar Daud dan mengangkat Daud menjadi raja mereka. Di bawah pemerintahan Daud, Kerajaan Bani Israel maju pesat, aman dan makmur dengan rakyat yang berhati takwa kepada Allah, sehingga kerananya, rahmat dan nikmat Allah terus menerus turun sebagai dicurahkan dari langit!