Tabut, sebuah barang berbentuk peti, adalah suatu pemberian Allah yang amat besar ertinya bagi bangsa Bani Israel, sejak dari
zaman Musa a.s. sampai jauh sesudah meninggalkan Nabi Musa. Boleh di katakan sebuah barang keramat, dengan erti yang se benar
benarnya. Baik ketika Bani Israel sedang menghadapi perang dahsyat, mahupun dalam keadaan yang genting, bila mereka melihat
akan tabut itu mendadak mereka menjadi tenang dan tabah hatinya. sehingga dapat menentang musuh serta mengalahkannya. Begitu
pula bila ada perselisihan hebat antara mereka, dengan memperlihatkan tabut itu saja kepada golongan golongan yang sedang
berselisih tu, maka redalah perselisihannya dan segera mereka bersatu padu kembali. Tabut menambah semangat keberanian pada
mereka dan menyebabkan rasa takut dan lemah pada musuh mereka. Karena berkat tabut itulah Bani Israel dalam berabad abad lamanya
dapat hidup bersatu di negeri mereka sendiri, tidak dapat diusir oleh kekuatan yang manapun. Tetapi setelah Nabi Musa meninggal
dunia, bangsa Israel lama kelamaan lupa akan ajaran Nabi Musa, lupa akan agama mereka dan agama itu mereka robah robah menurut
kemahuan mereka sendiri. Dalam keadaan yang demikian itu, akhirnya mereka dapat dikalahkan dan diusir dari kampung
halaman mereka sendiri. oleh bangsa Palestin. Bangsa Palestin menjajah dan menguasai mereka dan bangsa Palestin akhirnya berhasil
merebut tabut dari tangan mereka itu. Nasib bangsa Israel semakin jelek dan melarat di bawah penjajahan sehingga
mengalami pengusiran itu, terpisah dari anak dan isteri mereka. Demikian keadaan mereka dalam tempoh yang tidak pendek dan
tidak juga di antara mereka yang sanggup tampil ke muka, untuk memimpin bangsanya yang telah bercerai-berai itu.
Akhirnya diutus Allah kepada mereka seorang Nabi, Samuel namanya. Dengan pimpinan Samuel ini, akhirnya beberapa orang di antara
bangsa Israel dapat berkumpul. Dari kumpulan ini timbul hasrat bagi mereka, untuk berusaha mengusir bangsa Palestin yang telah
mengusir mereka dari tanah airnya. Tetapi sayang, tidak seorang juga di antara mereka yang berani dan sanggup menjadi pemimpin,
untuk mencapai cita cita nasional mereka itu. Timbullah hasrat di kalbunya masing masing untuk mempunyai seorang pemimpin,
yang akan menyusun kekuatan mereka yang telah berpecah itu, serta menggalang kekuatan untuk mengusir musuh yang kuat dan kejam
itu. Samuel tahu benar akan letak kelemahan kaumnya yang demikian itu, kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya
kemahuan untuk berjuang dan kelemahan kerana tidak adanya rasa patuh terhadap pemimpinnya. Dengan tegas Samuel berkata
kepada mereka: "Sebab kelemahan kamu, adalah kerana kamu sekalian tidak mahu berjuang menghadapi peperangan bila dipanggil
untuk berperang!" Mereka menjawab: Kami sanggup berjuang dan bertempur, kerana tidak tahan lagi hidup sengsara
terpisah dengan anak keluarga dan tanahair sendiri, asal saja ada yang memimpin kami dalam perjuangan dan pertempuran itu.
Samuel mempersilakan mereka menunggu, kerana Samuel ingin menerima petunjuk dari Allah terlebih dahulu, tentang maksud
ini. Lalu kepada Samuel diwahyukan oleh Allah, agar memilih Talut menjadi raja dan pemimpin perang mereka. Samuel sendiri
rupanya belum kenal siapa Talut itu. Tetapi dengan tegas Allah mewahyukan kepada Samuel, agar jangan ragu ragu dalam menetapkan
Talut sebagai pemimpin dan jeneral dalam perang yang diperintahkan itu. Talut adalah anak desa dalam negeri itu,
bahkan anak seorang yang melarat pula. Jangankan ia akan dikenal sebagai pemimpin. dalam pergaulan sehari hari saja jarang
orang kenal kepadanya. Tetapi dia adalah seorang yang berbadan kuat dan sihat; tinggi dan gagah perawakannya, matanya tajam,
fikirannya pun luas dan tajam pula. Dalam pada itu, dia mempunyai hati yang suci bersih, budi yang halus dan agung. Dia tinggal
di desa kecil bersama bapanya. Pekerjaannya bertani dan berternak. Pada suatu ketika dia sedang berada dalam kandang
keldai bersama bapanya, ternyata bahawa se ekor keldai betinanya tidak ada dalam kandang, mungkin keldai itu tersesat ke lain
kampung. Dengan diiringkan oleh seorang anak, pergilah dia mencari keldainya yang hilang itu di tengah tengah padang pasir
yang luas, menyeberangi jurang dan mendaki gunung. Berhari hari sudah keduanya berjalan mencari, sehingga sudah luka
luka kakinya, penat seluruh badannya, tetapi keldai itu belum juga dijumpainya. Dia lalu berkata kepada anak yang
menjadi temannya: "Marilah kita pulang, mungkin bapa sudah khuatir terhadap kita yang sudah lama tidak juga pulang.
Anak itu menjawab: Sekarang kita ini sudah sampai di sebuah desa yang bernama Sofa, di mana tinggal seorang Nabi Allah,
iaitu Samuel. Lebih baik kita bertemu dan berziarah lebih dahulu kepada Nabi yang mulia itu. Dan mari kita bertanya kepadanya,
tentang keldai kita yang hilang itu. Mudah mudahan turun kepadanya Malaikat membawa wahyu, sehingga dapat memberi petunjuk
kepada kita tentang maksud kita ini. Mendengar perkataan ini, kembali timbul harapan dalam hati Talut. Keduanya lalu
berjalan dan bertanyakan, di mana rumahnya Nabi Samuel itu. Tiba tiba keduanya bertemu dengan beberapa orang anak perempuan,
yang sedang mencari air di padang pasir itu. Kepada anak perempuan ini ditanyakan di mana rumah Nabi Mulia Samuel dan minta
agar ditunjukkan jalan ke rumahnya. Anak perempuan itu menerangkan, bahawa barang siapa yang ingin bertemu dengan Nabi Samuel,
harus menunggunya di puncak bukit tempat berdirinya ini. Dalam percakapan demikian tiba tiba Samuel tiba di tempat itu. Sebentar
kemudian tahulah Talut, bahawa itu adalah Nabi Samuel yang mulia, cukup tanda tanda kenabiannya dan begitu pulalah menurut
keterangan dari kedua anak perempuan itu sendiri. Talut memandang ke wajah Samuel dan di saat itu Samuel pun memandang
ke wajah Talut, maka bertemulah pandang dengan pandang dan dalam pertemuan pandang itu, terikatlah antara kedua orang itu
rasa yang sama-sama bersih, jiwa yang sama sama tertarik satu sama lain; sekalipun belum pernah berjumpa, tetapi tahulah Samuel,
bahawa yang berada di hadapannya ketika itu adalah Talut, yang pernah diwahyukan Allah kepadanya, untuk dijadikan raja, pemimpin
dan jeneral, bagi bangsa Israel yang memerlukan pemimpin itu. Berkatalah Talut: "Saya datang menemui tuan, ya
Nabi Allah, untuk minta keterangan dan petunjuk, tentang keldai bapaku yang hilang di tengah padang yang luas ini. Sudah beberapa
hari kami berdua mencarinya, hampir kami berputusasa. Mudah mudahan tuan kiranya dapat menunjukkan kepada kami tentang keldai
itu dengan ilmu tuan yang tinggi itu. Samuel lalu menjawab: "Adapun keldai yang hilang itu sekarang sedang berjalan
pulang menuju kandangnya. Janganlah engkau bersusah payah lagi mencarinya. Saya pun ingin bertemu denganmu, tentang sebuah
urusan yang lebih penting dan lebih mulia. Bukan urusan keldai yang hilang, tetapi urusan kemerdekaan yang sudah lama lenyap,
urusan rakyat kita yang sudah lupa kandang. Saya kemukakan, bahawa Allah telah memilihmu guna menjadi raja bagi bangsa Israel
ini, untuk mempersatukannya, lalu menyusun kekuatan mereka untuk menghadapi musuh musuh yang sudah menjajah sekian lama dan
mengusir mereka dari tanah airnya. Allah sudah menjanjikan pertolonganNya buat engkau, sehingga engkau akan mendapat kemenangan
dalam pertempuran dengan penjajah itu. Jawab Talut: Apakah saya akan jadi raja, pemimpin dan jeneral mereka? Saya
ini adalah keturunan Binyamin, orang yang terhina dalam kalangan bangsa bangsa yang duabelas suku (asbat), paling miskin dan
melarat, bagaimana saya dapat menjadi raja, memegang pimpinan atas bangsa yang besar itu? "Ini adalah atas iradat
dan wahyu Allah, kata Samuel. "Sudah menjadi perintah Allah dan hukumNya, hendaklah engkau bersyukur atas nikmat Allah
itu dan membulatkan fikiran untuk memimpin perjuangan yang hebat ini. Sesudah Samuel dan Talut berjabat tangan, keduanya
lalu pergi menemui bangsa Israel. Nabi Samuel bersabda kepada mereka: "Hai Bani Israel, Allah telah mengutus Talut untuk
menjadi raja bagimu sekalian, dia sekarang memegang pimpinan atasmu, maka hendaklah kamu tunduk dan taat terhadap pimpinannya
ini dan bersiaplah kamu untuk menghadapi musuh musuhmu di bawah pimpinannya!" Tetapi bangsa Israel itu kembali
menyanggah, menurutkan sentimennya masing masing, jawabnya: Kenapa dia yang dijadikan raja kami, sedang dia bukan
bangsawan yang layak menjadi raja. Di sini ada orang yang lebih layak untuk dijadikan raja dan pemimpin, yakni anak Lawei
keturunan segala Nabi dan Rasul, keturunan Yahuza yang selamanya memegang tampuk pimpinan dan turunan raja raja pula. Kenapa
dia orangnya yang tidak kami kenal itu akan menjadi raja kami? Dia hanya seorang miskin dan melarat, bertangan kosong, serta
tak mempunyai kekayaan untuk menjalankan pemerintahan. Sedang orang yang kami usulkan ini, mempunyai kebesaran dan hartawan,
mempunyai pengaruh terhadap orang banyak. Samuel menjawab: "Untuk menjadi panglima perang dan kepala negara,
tidak memerlukan syarat kebangsawanan dan kehartawanan. Sekalipun orangnya bangsawan dan hartawan, tetapi kalau tidak mempunyai
kebijaksanaan dan kemampuan, ianya tidak dapat dijadikan raja. Bahkan darah bangsawan itu banyak yang menyebabkan seorang
penakut, harta benda yang banyak menjadi orang berotak tumpul. Adapun Talut ini, Allah telah melebihkannya dibanding dengan
kamu sekalian, kerana ia memiliki kekuatan dan kesanggupan, serta sihat badannya, dalam pemikirannya, panjang akalnya, kuat
jiwanya serta tabah hatinya, sehingga hanya dialah orangnya yang pantas memimpin dan memerintah atas kita sekalian, Selain
dari itu, dia lebih mengetahui akan kebaikan bagi kita sekalian, ia dapat pula melihat ke muka, tentang soal soal yang sedang
kita hadapi sekarang ini. Allah telah menetapkan dia sebagai raja kita. Allah menyerahkan kekuasaan, kepada siapa saja yang
Ia kehendaki. Mereka segera menjawab: "Kami tidak dapat dengan begitu saja menjalankan semua perintahnya dan
menghentikan larangannya. Kami ingin bukti dan tanda daripadanya, sehingga kami dapat mengikutinya. Perlihatkanlah kepada
kami tanda dan bukti itu!" Jawab Samuel pula: "Allah telah mengetahui akan segala dalih dan helah kamu
itu. Allah akan perlihatkan pula akan tanda dan bukti yang kamu kehendaki itu. Keluarlah kamu menuju ke kota sekarang, akan
kamu lihat nanti di sana Tabut yang sudah lama hilang dari tanganmu itu, sehingga kamu menjadi hina dina lemah sejak hilangnya
itu. Tabut itu akan kembali kepadamu, dengan dibawa oleh beberapa Malaikat. Itulah tanda dan bukti yang akan kamu lihat nanti.
Setelah mereka keluar menuju ke kota sebagai yang diperintahkan Nabi Samuel, mereka pun benar benar melihat Tabut
itu, datanglah ketenangan dalam kalbu mereka yang selalu gentar dan takut selama ini, Kini mereka rela dan mengangkat Talut
menjadi raja dan pemimpin mereka. Talut kini menjadi raja mereka. Dia duduki takhta kerajaan yang diserahkan kepadanya dengan
segala pertanggunganjawab dan kebijaksanaan. Tampaklah keteguhan jiwa dan kebesaran semangatnya. Talut mulai menyusun
tentera yang teratur, dengan memenuhi syarat syarat ketenteraan yang lazim. Sebagai seorang Jeneral, Talut berpidato di hadapan
mereka. menerangkan syarat syarat tentera yang dia kehendaki: "Hai, rakyatku sekalian, dalam ketenteraan yang
kususun ini, tidak boleh turut serta menjadi anggotanya orang orang yang masih ragu ragu dan tidak penuh semangatnya, orang
orang yang masih di pengaruhi oleh urusan urusan di luar ketenteraan. Tidak boleh turut orang orang yang mendirikan sesuatu
pendirian (rumah), tetapi dia belum selesaikan pendirian itu. Tidak boleh orang orang yang telah meminang seseorang perempuan,
tetapi belum kahwin dengan perempuan itu, atau orang orang yang mempunyai perdagangan, sedang hatinya masih saja kepada dagangannya
itu! Sesudah syarat syarat yang dikemukakan Talut itu dipenuhi sebaik baiknya, maka terbentuklah suatu tentera yang
berdisiplin, terdiri dari orang-orang yang benar benar kuat hati dan bernyala nyala semangatnya. Tetapi kemudian, ternyata
kepadanya masih saja ada orang orang yang ragu ragu. Tampak pula kepadanya, masih ada orang orang yang sering berdebat dan
bertengkar tentang kekuasaan kerajaan yang dipegangnya, semua ini perlu diperbaikinya dengan jalan mengadakan rasionalisasi.
Talut berkata kepada mereka: "Kita akan menyeberangi sebuah sungai, di bawah teriknya panas matahari, sesudah
berlatih dan berjalan jauh. Orang orang yang benar benar menjadi tenteraku, tidak boleh meminum air sungai itu lebih dari
seteguk, untuk membasahi tenggorokannya saja. Orang yang menjalankan aturan ini sajalah, yang kuanggap termasuk tenteraku
dan hanya orang orang inilah yang dapat kukerahkan dan kupimpin. Adapun orang yang sengaja melanggarnya, bererti telah melanggar
disiplin tentera, tidak akan dapat diharapkan daripadanya hasil apapun, dari pertempuran hebat yang sedang kita hadapi sekarang
ini, malah turut sertanya orang orang itu hanya akan menyusahkan dan menimbulkan perpecahan saja. Talut dengan pasukannya
sekarang mulai berangkat ke medan perang, menghadapi musuh yang besar, melalui sebuah sungai, sebagai yang terdapat dalam
peta bumi yang dibuat oleh Talut.Tepat di kala matahari di tengah ufuk tertinggi dari langit. di tentangan ubun ubun di kepala,
di kala matahari memancarkan panasnya yang seterik teriknya, dalam padang pasir yang luas, pasukan yang dipimpin Talut itu
bertemu dengan sebuah sungai yang berair jernih pula. Semua pasukan diperintahkan menyeberangi sungai itu. Terbuktilah
bahawa kepercayaan dalam batin dan jiwanya belum kukuh kuat. Mereka sama meminum air sungai itu sepuas puasnya. malah ada
yang sengaja membawa air sungai itu untuk dijadikan bekal dalam perjalanan. Hanya sedikit saja yang patuh menurut perintah,
iaitu terdiri dari orang orang yang beriman dan sabar, orang orang yang benar benar ikhlas berjuang dan taat terhadap pimpinan.
Terbuktilah kepada Talut, bahawa tenteranya yang kuat dan banyak itu, masih belum kuat disiplin, masih belum tunduk
dan taat setaat taatnya terhadap pimpinannya. Mulalah Talut agak khuatir, bagaimana hasil pertempuran yang akan dihadapinya
nanti, dengan tentera yang kebanyakan tidak tunduk kepada aturan itu. Talut merasa khuatir, tetapi kewajipannya tetap harus
dijalankan, walaupun bagaimana juga akan hasilnya. Tentera musuh yang kuat, telah dikerahkan untuk menanti kedatangan
tentera Talut ini, dengan segala alat kelengkapannya. Tentera musuh ini dipimpin oleh seorang Jeneral yang sudah lama terkenal
gagah beraninya, iaitu Jeneral Jalut. Kedua tentera yang saling bermusuhan itu, mulai berhadapan satu sama lain.
Pertempuran yang hebat segera berkobar dengan dahsyatnya, antara bangsa Palestin yang menjajah di bawah pimpinan kornandannya
yang bernama Jalut, melawan tentera kemerdekaan bangsa Israel yang ingin memerdekakan tanah airnya, di bawah komandannya Talut.
Sungguh berat pertempuran yang dihadapi tentera Talut. Mereka bukan maju ke muka, malah kadang kadang terpaksa mundur
ke belakang. Apalagi di tengah tengah api peperangan yang sedang bergejolak itu. tentera Talut terpecah menjadi dua golongan.
Golongan pertama, orang orang yang beriman dan penuh semangatnya, golongan kedua, orang orang yang sudah mulai putusasa dan
lemah semangatnya, iaitu golongan yang telah melanggar perintah komandannya. Mereka ini telah mengeluarkan ucapan:
"Kita tidak akan kuat melawan Jalut dan tenteranya. Adapun golongan yang tetap dan penuh semangatnya, iaitu
golongan yang patuh menjalankan semua perintah komandannya, tetap penuh kepercayaan dalam batin dan jiwanya. Perjuangan mereka
semakin berkobar kobar dan bersemangat, sebab keyakinan mereka adalah: "Berapa banyaknya kejadian, di mana golongan
yang sedikit, dapat mengalahkan golongan yang terbesar, dengan keizinan dari Allah, sebab Allah selalu menolong orang orang
yang sabar. Dengan meneguhkan imannya, mereka terus menerus berjuang, sambil mendoa kepada Allah, agar Allah menetapkan
ketabahan dan kesabaran mereka, agar Allah menolong dan memenangkan mereka juga akhirnya. Talut dengan segala kepandaian yang
ada padanya, memimpin tentera yang tinggal sedikit itu, untuk mencapai kemenangan. Kemenangan, kemenangan sajalah yang menjadi
fikirannya, lain tidak. Kemenangan yang harus dicapai dengan peperangan dan perlawanan hebat, bukan dengan menyerah kalah.
Kehebatan pertempuran dan beratnya beban yang dihadapi Talut dan tentera Bani Israel ketika itu, tersiar hampir ke
seluruh bangsa Israel yang diam di belakang garis pertempuran. Kabar ini pun sampai ke telinga seorang desa yang sudah tua.
Orang tua ini mempunyai beberapa orang anak. Dipilihnya tiga orang di antara anaknya yang terbesar, supaya datang
kepadanya. Anak yang ketiga yang terpilih itu sebenarnya masih di bawah umur, masih dalam dunia kanak kanak, Daud namanya
(Nabi Daud) Dia masih dalam usia 9 tahun saja. Orang tua itu berkata kepada anak anaknya: "Ambillah pedang dan
bekalanmu, berangkatlah sekarang juga ke medan perang, menolong saudara saudaramu melawan musuh. Adapun engkau ini, hai Daud,
juga harus turut ke medan perang, tetapi kewajipanmu hanyalah untuk membawakan makanan dan di mana perlu, engkau pulang ke
rumah untuk membawa kabar kepadaku tentang jalannya pertempuran. Ketiga anak yang bersaudara ini, setelah mengucapkan
selamat kepada bapanya yang sudah tua itu lalu berangkat menuju ke medan perang, untuk menggabungkan diri dengan tentera Talut.
guna menghancurkan tentera Jalut. Setelah sekian lamanya berjalan, mereka sampai di medan pertempuran dan segera
menghadap Talut, untuk mendapat perkenan menggabungkan diri dengan tentera Talut. Alangkah bangga dan gembiranya hati Talut
melihat semangat yang berkobar kobar dalam dada ketiga anak muda ini, ia bangga terhadap semangat orang tani di desa yang
telah menyerahkan ketiga orang anaknya itu ke medan perang menghadapi bahaya. Pemuda yang dua orang itu segera mendapat
izin untuk menyerbu, tetapi pemuda Daud tidak diperbolehkan, kerana dia masih di bawah umur, belum wajib baginya untuk maju
ke depan, kepadanya hanya diperintahkan untuk membantu di garisan belakang saja. Daud berubah betul semangatnya setiba
dia di medan perang, melihat perang yang sedang berkobar dahsyat itu. Dia minta dengan sangat supaya diperbolehkan menyerbu.
"Kau masih anak anak dan masih kecil, ya Daud, kata Talut kepada Daud. "Betul kata Daud menjawab,
Tetapi janganlah terlalu melihat besar kecilnya badan seseorang. Saya sekalipun kecil, tetapi kekuatan badan saya sudah cukup
untuk mengalahkan musuh, semangat dan jiwa saya cukup matang dan teguh menghadapi peperangan. "Tuan belum tahu,
kata Daud seterusnya: "Kelmarin se ekor singa pernah menangkap kambingku; singa itu kulompati, lantas terjadi pergelutan
hebat antara saya dengan singa itu. Akhirnya saya dapat mematahkan leher singa itu. Pada suatu hari saya pernah pula bertemu
dengan se ekor beruang besar yang hendak menerkam kepadaku. Beruang dapat kupegang mulutnya, lalu kupatahkan lehernya sampai
mati. Kekuatan dan keberanian, tidak bergantung pada umur dan besarnya badan, tetapi terletak pada kemahuan dan semangat yang
teguh, keimanan yang sedalam dalamnya, kata Daud seterusnya. Melihat kepintaran dan susunan kata kata yang diucapkan
oleh Daud itu, Talut hanya tertekun dan termenung. Dapat dirasakannya, bahawa memang ia seorang anak yang luar biasa, seorang
yang sudah ditentukan oleh Tuhan menjadi seorang yang berani. Kepadanya lalu diberikan izin untuk bertempur, lantas
kepadanya diserahkan tombak dan lembing. Tetapi kerana panjangnya tombak itu, sedang badannya sendiri demikian pendeknya,
dia tidak dapat membawa tombak itu. Tombak dan lembing itu ditinggalkannya saja. Dia hanya membawa seutus tali dan beberapa
buah batu yang berat. Kepadanya Talut lalu berkata: Di mana bisa engkau bertempur dengan tali dan batu itu, perang
yang kita hadapi ini adalah perang tombak dan lembing. Daud menjawab: Tuhan telah dapat memeliharaku dari bahaya
singa dan beruang dengan tali dan batu, pun akan menolong dan memeliharaku dalam perang ini dengan tali dan batu ini pula.
Daud maju ke medan perang, menyusur di antara masing masing tentera yang sedang bermain pedang dan lembing itu. Satu
satu musuh yang menghalangi gerak majunya, dapat dibunuhnya. Dia maju dan terus maju ke tempat pemimpin musuh, menuju kepada
Jalut sendiri. Dia berhasil mendekati kedudukan Jalut. Sebelum Jalut dapat memukulnya dengan pedang, Daud sudah lebih
dahulu memukul Jalut dengan melemparkan batu sekuat kuatnya. Batu pertama tepat mengenai kepala Jalut, disusulnya dengan batu
kedua, batu ketiga, keempat dan seterusnya, sehingga Jalut mati seketika itu juga. Dengan matinya Jalut, tentera
musuh menjadi kucar kacir dan bertaburan. Akhirnya dapat dikalahkan seluruhnya oleh bangsa Bani Israel yang dipimpin oleh
Talut. Bangsa Israel kembali hidup merdeka di tanahair sendiri, bertemu dengan anak isterinya yang sudah lama mereka tinggalkan.
|