Pada suatu malam, Nabi Muhammad s.a.w. bermalam di rumah Ummu Hani, iaitu anak perempuan dari bapa saudaranya, Abu Talib. Pagi-pagi benar, sebelum matahari terbit dan sehabis sembahyang, Nabi duduk bersama-sama dengan Ummu Hani bercakap-cakap: "Ya, Ummu Hani," demikianlah Nabi Muhammad memulai kata-katanya. " Malam tadi saya sembahyang bersamamu di sini, kemudian setelah itu saya diisyrakkan ke Baitui Maqdis dan sekarang saya sudah berada kembali di tempat ini bersamamu. Saya ingin menceritakan perjalanan saya ini kepada kaum kita sekarang juga, agar mereka mengetahui pula akan nikmat dan kudrat Allah Yang Maha Besar." Ummu Hani adalah salah seorang yang telah beriman penuh, kuat Islamnya dan tidak ragu-ragu lagi tentang kebenaran apa saja yang dihuraikan Nabi Muhammad s.a.w. Tetapi dia tahu benar akan sifat dan tabi'at umumnya bangsa Quraisy. Sebab itu dia khuatir, kalau cerita luarbiasa ini akan menggoncangkan suasana bangsa Quraisy, mungkin menjadi alasan bagi mereka, untuk mendustakan dan tidak percaya kepada Nabi Muhammad; lalu dia berkata kepada Nabi: "Ku peringatkan kepadamu, ya anak pamanku, bahawa jika engkau ceritakan kejadian luarbiasa ini, bangsa Quraisy akan mengengkari kerasulan dan kebenaran engkau. Dari itu, ku minta agar kejadian ini janganlah diumumkan kepada mereka." Tetapi Rasulullah berkewajipan menyampaikan apa saja yang terjadi berhubung dengan kerasulannya itu, tidak takut akan diejek atau diengkari orang. Nabi lalu menuju menemui orang banyak, sedang Ummu Hani makin bertambah besar juga kekhuatirannya. Ummu Hani mengutus anak perempuan yang menjadi budaknya sendiri, anak tempat dia menyimpan rahsia dan dipercayai sepenuh-penuhnya, Nab'ah namanya, untuk mengiringkan Rasulullah. Tidak lama kemudian Nab'ah kembali memberikan laporan kepada Ummu Hani dengan berkata: "Mula-mula Rasulullah pergi ke lapangan antara Kaabah dengan Telaga Zamzam dimana bertemu dengan Abu Jahal. Dengan berolok sebagaimana kebiasaannya setiapkali bertemu dengan Rasulullah, Abu Jahal berkata kepada Nabi: "Ada pulakah khabar baru, ya Muhammad?" Nabi menjawab: "Ya, ada, malam tadi saya diisyrakkan ke Baitul Maqdis." "Wah, sekarang engkau telah berada di sini kembali?" sanggah Abu Jahal terhadap Nabi. "Ya," jawab Rasulullah pula. "Bolehkah khabar ini saya siarkan kepada semua orang Quraisy?" tanya Abu Jahal. Jawab Nabi: "Boleh saja." Dengan cepat sebagai kilat, Abu Jahal berseru-seru kepada bangsa Quraisy, agar berkumpul ke situ semuanya. Mendengar cerita Nab'ah itu, Ummu Hani mempersilakan Nab'ah duduk, agar cerita itu lebih tenteram diceritakannya dan pula sangat menarik perhatiannya. Nab'ah lalu meneruskan laporannya. "Dalam sebentar waktu saja saya lihat seluruh bangsa Quraisy, penduduk kota Makkah datang berkumpul ke tempat itu, bersama-sama Abu Jahal melingkari Nabi Muhammad s.a.w. Abu Jahal lalu mempersilakan Nabi menceritakan ceritanya. Nabi lalu berkata: "Saya sudah diisyrakkan ke Baitul Maqdis, saya sudah dipertemukan dengan Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang silam, di antaranya Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan lain-lain, dan sudah bersembahyang dengan mereka bersama-sama." Abu Jahal lalu berkata kepada Nabi dengan mengejek: "Cuba terangkan kepada kami bagaimana rupanya Nabi-nabi yang engkau jumpai itu?" Jawab Nabi: "Nabi Isa agak tinggi, tetapi tidak terlalu panjang, kulitnya kemerah-merahan danjanggutnya tebal. Nabi Musa gemuk dan hitam kulitnya, tampaknya sebagai orang yang gagah berani. Adapun Nabi Ibrahim, demi Allah, belum pernah saya jumpai seorang manusia seperti dia, tidak seorang pun di antaramu dapat menyamainya." Orang banyak lalu menuntut kepada Nabi, supaya Nabi menunjukkan bukti-bukti yang nyata atas perjalanannya itu. Nabi lalu berkata: "Saya berjumpa dengan segerombolan unta kepunyaan si polan, di padang pasir yang begitu-begini (diterangkan Nabi sifat-sifat keadaan padang pasir itu), salah seekor unta terkejut lari tersesat, lalu saya tunjuki jalannya sedang saya ketika itu menghadap ke arah negeri Syam. Lalu saya datang pada sebuah bukit di sana (Dhajnan), bertemu pula saya dengan unta kepunyaan seseorang, saya dapati manusia yang berpergian dengan rombongan unta-unta itu, semuanya dalam keadaan tidur nyenyak. Salah seekor unta itu masih berumur dua tahun dan berwarna putih, didahului oleh unta jantan yang berwarna keabu-abuan yang membawa dua kendi besar, masing-masing kendi itu berwarna hitam dan berwarna campuran, antara hitam dan putih." Mendengar itu, Ummu Hani lalu bertanya kepada Nab'ah: "Bagaimana penerimaan bangsa Quraisy sesudah mendengar dan mengetahui bahwa tanda-tanda itu betul semuanya?" "Saya lihat mereka heran tercengang-cengang, menggerak-gerikkan kepala, tetapi akhirnya mereka berteriak sekuat-kuat suara, mereka mengengkari kebenaran cerita Nabi Muhammad s.a.w. itu. "Lalu saya lihat seorang yang bernama Mut'im bin Adi berdiri dan berkata kepada Nabi: "Kenapa hari ini engkau biasa saja, ya Muhammad, sedang engkau baru mengalami kejadian yang ajaib itu? Kami dengan mempergunakan unta yang secepat-cepatnya pergi ke Baitui Maqdis sebulan lamanya dan kembalinya sebulan pula lamanya, sedang engkau mengatakan hanya semalam saja. Demi Lata dan demi 'Uzza, saya tidak percaya akan kata-katamu, engkau orang yang pembohong." Mendengar cerita Nab'ah yang terakhir itu, Ummu Hani menjadi sedih, mukanya suram sembab, airmata mengalir setitis demi setitis dari matanya membasahi pipinya. Dalam pada itu Nab'ah meneruskan ceritanya: "Sehabis Mut'im itu, lalu tampil Abu Bakar berkata kepada Nabi: Saya percaya sepenuhnya atas apa yang engkau ceritakan itu, ya Muhammad. Sekalipun lebih jauh dari itu, saya percaya juga. Saya percaya semua kabar-kabar langit yang dibawa Muhammad itu, apakah saya tidak percaya akan kabar perjalanan yang begitu, perjalanan yang dikuasakan Allah Yang Maha Kuasa atas NabiNya? Tidak ada yang mustahil bagi Allah sekalipun menjalankan hambaNya dengan lebih jauh dan lebih cepat dari itu. "Umumnya kaum Muslimin mengikut perkataan Abu Bakar, membenarkan akan perjalanan Nabi, selain sebahagian kecil saja yang murtad, kembali mendustakan Nabi dan Agama Islam, iaitu terdiri dari orang-orang yang masuk Agama Islam kerana kebendaan, bukan kerana keinsafan dan kesedaran." Mendengar itu Ummu Hani lalu berdiri girang dan berkata: "Orang-orang yang mengaku Islam hanya dengan mulut itu, tidak dengan hati, memang lebih baik keluar dari barisan ummat Islam. Sebab perjuangan Islam bukan menjadi kuat dengan orang yang ragu-ragu dan muzabzabin, orang-orang yang lemah imannya, malah mereka akan melemahkan saja akan barisan ummat Islam yang sedikit, malah membahayakan. Maha Suci Allah yang telah menyisihkan orang-orang itu dari kita." |